Kepemimpinan Perubahan Di Sekolah


A. Konsep Kepemimpinan Perubahan 

Sekolah sebagai lembaga pendidikan  terkecil yang menjadi ujung tombak pendidikan nasional, menjadi organisasi yang perlu juga mengalami perubahan. 

Perubahan merupakan sesuatu hal yang sangat penting untuk mencapai mutu  yang lebih baik. Tidak ada mutu atau hasil/kebaikan  yang lebih baik tanpa perubahan, akan tetapi perubahan juga tidak selamanya membawa kepada kebaikan.

Apa saja yang perlu mengalami perubahan di sekolah? Jawabannya tergantung karakteristik kebutuhan sekolah untuk mewujudkan visi dan misi sekolah. Mungkin dalam hal kebijakan, struktur organisasi, budaya , penerapan teknologi, sumber daya manusia, sarana dan prasarana , manajemen masa pandemi-covid 19,  dan sebagainya.

Kepemimpinan perubahan adalah sebuah upaya untuk menciptakan sebuah revolusi dalam perubahan organisasi, sehingga membawa pergerakan yang menjadikan semua komponen dalam organisasi itu menyatu dan saling berempati untuk membawa perubahan yang lebih bermanfaat dan memiliki nilai positif terhadap organisasi.

Perubahan sistem kepemimpinan di sekolah diharapkan dapat menjadikan mutu sekolah dari waktu ke waktu meningkat dan pelayanan  pendidikan masyarakat lebih baik. 

Kepemimpinan perubahan, secara khusus dalam bidang pendidikan, bisa dimaknai sebagai upaya untuk menciptakan kondisi-kondisi baru agar hubungan antara guru dan siswa berkembang (Ken Robinson: 2015: 72).

Fokus kepemimpinan perubahan  disekolah adalah untuk menciptakan kondisi agar:
  • Siswa mau belajar dan bisa belajar; 
  • Guru bisa memfasilitasi pembelajaran siswa; 
  • Kepala sekolah bisa membuat guru mampu memenuhi perannya; dan
  • Pengambil kebijakan/birokrat pendidikan, baik daerah, provinsi, nasional bisa membuat kepala sekolah dan sekolah bisa memenuhi peran dan tanggungjawabnya.
Pada dasarnya kepemimpinan perubahan adalah upaya untuk menterjemahkan visi-strategi-budaya baru dari seorang kepala sekolah kepada setiap aksi guru dan tenaga kependidikan di sekolah yang dipimpinnya.

 Fakta yang ada di sekolah bahwa sebagian besar permasalahan kepemimpinan kepala sekolah terjadi ketika adanya  kesenjangan antara visi dan aksinya. Visi yang telah disusun tidak selaras dengan pelaksanaanya dan strategi yang telah disepakati.

Hal ini disebabkan berbagai faktor dimana pelaksana program/kegiatan  bukan hanya kepala sekolahnya  akan tetapi  guru dan tenaga kependidikan sebagai komunitas di sekolah, maka dibutuhkan perubahan.

Contoh perubahan nilai-nilai baru di sekolah  misalnya, kepala sekolah yang lebih berintegritas, guru yang lebih terampil mengajar, staf administrasi yang yang lebih ramah dan bersahabat, guru bimbingan konseling yang lebih proaktif mengurangi dampak buruk narkotika, laboran yang lebih giat menata bahan dan peralatan laboratorium sekolah, pustakawan yang mampu menarik perhatian siswa berkunjung ke perpustakaan,  dan lain-lain.

Strategi aksi dapat dilaksanakan untuk melaksanakan perubahan seperti: adanya program workshop, pelatihan atau In House training (IHT), family gathering, studi banding, KKG-MGMP, Focus Group Discussion (FGD), seminar, lesson study, kemitraan, renovasi gedung dan sarana sekolah, pengadaan peralatan praktik dan buku-buku baru, program literasi sekolah, program inklusi, jumat bersih, sholawatan, istighoshah atau dzikir bersama, donor darah, pewangi ruangan di setiap sudut sekolah, kantin sekolah, dan sebagainya.

B. Langkah-langkah Melaksanakan Perubahan 

Pertama, untuk menetapkan permasalahan atau kebutuhan sekolah maka kepala sekolah perlu memahami berbagai bentuk perwujudan permasalahan, yakni: permasalahan yang berupa kesenjangan antara kondisi ideal dan kondisi nyata;

Permasalahan yang disebabkan oleh ketidak-berhasilan sekolah dalam mencapai standar yang sudah ditetapkan; Permasalahan yang disebabkan karena sekolah memandang perlu untuk melebihi standar yang ditetapkan; dan Permasalahan yang disebabkan karena ketidak-konsistenan terhadap hasil atau kinerja sekolah.

Kedua, menetapkan solusi perbaikan atas sebuah permasalahan yang sudah ditetapkan, juga merupakan hal yang penting untuk diperhatikan oleh kepala sekolah.

Namun demikian ada banyak alasan mengapa menetapkan solusi perbaikan menjadi menyulitkan.

Berikut ini beberapa situasi dan bagaimana kepala sekolah bisa menetapkan solusinya.
  • Jika permasalahan di sekolah itu terlalu besar untuk diatasi, dengan gejala permasalahan di banyak faktor/aspek/bidang, maka pecahlah menjadi beberapa bagian yang lebih kecil, lalu diseleseikan mana yang paling mudah untuk dilaksanakan. Selanjutnya nanti permasalahan yang terlalu besar menjadi lebih mudah untuk diatasi.
  • Jika permasalahan di sekolah tidak begitu jelas sebabnya maka berhati-hatilah dalam menetapkan solusi perbaikan. Lakukan penelitian di sekolah terlebih dahulu. Sebab bisa jadi setelah dilaksanakan ternyata tetap ditemukan permasalahan yang sama di sekolah atau solusi perbaikan yang sudah dilakukan di sekolah ternyata untuk permasalahan yang berbeda.
  • Jika permasalahan di sekolah disebabkan karena cara berpikir yang sama dilakukan di sekolah selama ini oleh kebanyakan orang di sekolah, dan itu menyebabkan terjadinya permasalahan di sekolah, maka gunakan metode atau pendekatan baru yang membuat semua pihak di sekolah tidak lagi menggunakan cara berpikir yang lama.
Ketiga, melaksanakan perubahan. Melaksanakan perubahan sebenarnya adalah melaksanakan solusi perbaikan yang sudah ditetapkan, seperti:
  • perubahan terhadap sistem di sekolah, 
  • perubahan terhadap proses di sekolah , 
  • perubahan terhadap metode untuk melakukan sesuatu di sekolah, 
  • perubahan terhadap cara berpikir kebanyakan warga di sekolah, 
  • perubahan terhadap struktur tim atau organisasi di sekolah. 
Melaksanakan perubahan bisa menjadi sebuah masalah besar bagi kepala sekolah oleh karena itu kepala sekolah perlu memahami berbagai cara dalam melaksanakan perubahan di sekolah sehingga perubahan itu bisa berjalan dengan baik.

Elizabeth Kubler Ross (1965) menggambarkan bagaimana perubahan bisa terjadi melalui kurva perubahan. Kurva perubahan ini lebih dikenal sebagai kurva S (Sigmol S).

Ada 5 tahap perubahan emosional yang disingkat menjadi DABDA, yakni
a. tahap penolakan (denial)
b. tahap kemarahan (anger)
c. tahap tawar menawar (bargaining)
d. tahap depresi (depression)
e. tahap penerimaan (acceptance)

Baca juga: Membangun Kemitaraan Sekolah 

Ada beberapa hal yang bisa menimbulkan kegagalan dalam melaksanakan perubahan di sekolah, yakni:
  • Implementasi perubahan di sekolah memerlukan waktu lebih lama dari yang diperkirakan
  • Banyak permasalahan di sekolah yang tidak teridentifikasi sebelumnya
  • Aktivitas perubahan di sekolah tidak cukup terorganisir dengan baik
  • Persaingan diantara pribadi dan kelompok di sekolah memecahkan perhatian kepala sekolah
  • Kepala sekolah kurang memiliki kapabilitas untuk melakukan perubahan di sekolah
  • Instruksi dan pelatihan yang diberikan kepada kepala sekolah tidak cukup untuk melakukan perubahan di sekolah
  • Faktor eksternal yang tidak bisa dikendalikan oleh kepala sekolah
  • Kepala sekolah lemah dalam kepemimpinan sehingga tidak cukup efektif dalam memberikan arahan kepada staff
  • Sistem informasi tidak cukup untuk memonitor implementasi perubahan
C. Strategi Kepemimpinan Perubahan 

Untuk membuat tindak perubahan yang bermanfaat, berbeda secara signifikan dan otentik maka kepala sekolah bisa menerapkan beberapa strategi di bawah ini sesuai dengan karakteristik sekolah:

1. Experiencial Learning (EL) dengan prosedur Design-Conduct-Evaluation-Feedback; yang kemudian dimodifikasi oleh LPPKS menjadi:
a. Persiapan
b. Pelaksanaan
c. Monitoring dan Evaluasi
d. Refleksi

2. Shewhart Cycle dengan prosedur P-D-C-A, dengan langkah :
a. Plan (perencanaan)
b. Do (pelaksanaan)
c. Check (pengecekan)
d. Action (aksi)

3. Edwards Deming Cycle dengan prosedur P-D-S-A dengan langkah:
a. Plan (perencanaan)
b. Do (pelaksanaan)
c. Study (belajar)
d. Act (aksi)

4. Model PKB Guru dengan prosedur P-I-E-R dengan langkah:
a. Perencanaan
b. Implementasi
c. Evaluasi
c. Refleksi

5. Model  Learning Cycle Orpaer (Modifikasi dari Theory U by Otto Scharmer, 2007)
a. Observe
b. Reflect
c. Plan
d. Act
e. Evaluate
f. Reflect
Disingkat  (O-R-P-A-E-R) secara sirkel, dengan pendekatan:  Introduction, Link, Enforcement, Awareness, Development (I-L-E-A-D)

Dari kelima strategi ini sekolah dapat memilih strategi yang cocok diterapkan, sehingga kepemimpinan perubahan yang dilakukan benar-benar melalui analisis yang tepat sehingga tidak salah mengambil tindakan.

Kepala sekolah diharapkan mampu melakukan  tindak perubahan untuk menciptakan sebuah revolusi perubahan organisasi, sehingga membawa perubahan yang menjadikan semua komponen sekolah menyatu dan saling berempati untuk membawa perubahan yang dibuatnya agar lebih bermanfaat dan memiliki nilai positif terhadap organisasi

Bahan Bacaan:
1. Permendiknas Nomor 13 Tahun 2007
2. Modul Penguatan Kepala Sekolah 2018
3. Modul Penguatan Kepala sekolah 2020

Posting Komentar

0 Komentar