Cara Menumbuhkan Kreatifitas Dan Inovasi Siswa Di Sekolah

Kreatifitas dan Inovasi
KREATIFITAS DAN INOVASI
A. Konsep Kreatifitas dan Inovasi

Salah satu tanggungjawab guru dalam pembelajaran adalah mengusahakan agar proses pembelajaran yang dilakukannya dapat membuat siswa kreatif dan inovatif.

Kreativitas dapat diartikan dari dua sudut pandang, pertama kreatifitas dilihat dari proses berfikir maka kreatifitas diartikan sebagai kemampuan proses berfikir  melekat pada karakteristik individu yaitu kemampuan berpikir secara merdeka, longgar, fleksibel,  elaborasi, dan berpikir evaluatif. Melalui cara berpikir tersebut akan dihasilkan karya baru.

Kedua, kreativitas dilihat dari sisi produk merupakan  kegiatan yang menghasilkan produk yang bersifat baru (novelty) berguna (usefull) dan dapat dipahami. (Campbel, 1986)

Baca juga: Kumpulan Model Pembelajaran yang Kreatif dan Inovatif

Sedangkan ersifat modifikasi, adopsi, atau adaptasi dari suatu produk, model, metode, prosedur, atau sistem, maka dalam prosesnya tersebut memerlukan kemampuan seseorang untuk berpikir secara kreatif.m

Demikian juga halnya antara kreativitas dan inovasi merupakan konsep yang saling berhubungan, namun sering kali dikaji secara terpisah dengan menggunakan metode dan model yang berbeda. Inovasi dipahami sebagai kapabilitas melahirkan, mengembangkan dan mengubah gagasan, proses, produk, mode, model, pelayanan dan perilaku tertentu.

Konsep kreatifitas dan inovasi memiliki  hubungan yang erat yang keduanya sangat diperlukan dalam mengembangkan pembelajaran yang bermutu. Kreativitas tanpa inovasi bagaikan pisau tajam yang tidak pernah dipakai, sedangkan inovasi tanpa dilandasi kreativitas tidak menghasilkan sesuatu yang baru bagi organisasi sekolah.

B. Ciri-ciri Seseorang yang Memiliki Kreatifitas dan Inovasi 
  1. Cenderung melihat suatu persoalan sebagai tantangan untuk menunjukkankemampuan diri.
  2. Cenderung memikirkan alternatif solusi/tindakan yang tidak dilakukan oleh orangorang pada umumnya atau bukan sesuatu yang sudah biasa dilakukan.
  3. Tidak takut untuk mencoba hal-hal baru.
  4. Mau belajar menggunakan cara, teknik dan peralatan baru.
  5. Tidak takut dicemooh oleh orang lain karena berbeda dari kebiasaan.
  6. Tidak malu mencari informasi tentang hal yang dianggap menarik.
  7. Tidak cepat puas terhadap hasil yang diperoleh.
  8. Toleran terhadap kegagalan dan frustasi.
  9. Memikirkan apa yang dapat dilakukan atau dikerjakan dari suatu kondisi, keadaan atau benda.
  10. Melakukan berbagai cara yang mungkin dilakukan dengan tetap berpijak pada integritas, kejujuran, menjunjung sistem nilai, dan bertujuan positif.
  11. Tindakan yang dilakukan efektif, efisien, dan produktif.
C. Strategi Menumbuhkembangkan Kreatifitas dan Inovasi  Siswa

Strategi pembelajaran juga diungkapkan oleh Horng dkk. (2005), yang mengemukakan
berbagai strategi pengajaran kreatif yang telah terbukti berhasil meningkatkan kreatifitas
para siswa. Strategi-strategi tersebut sebaiknya diterapkan sebagai aktivitas yang
terintegrasi. Berbagai strategi tersebut ialah :

1. Pembelajaran yang berpusat pada siswa

Strategi ini menuntut guru berperan sebagai fasilitator yang menolong para siswa untuk melakukan refleksi diri, diskusi kelompok, bermain peran, melakukan presentasi secara dramatikal, dan berbagai aktifitas kelompok lainnya. Guru juga berperan sebagai teman belajar, inspirator, navigator, dan orang yang berbagi pengalaman.

2. Menerapkan konsep merdeka belajar dan  menjadikan peserta didik  merasa bahagia (wellbeing)

Tidak ada kreatifitas dan inovasi dalam keterikatan dan kekakuan dalam pembelajaran, kreatifitas dan inovasi muncul ketika ada kebebasan (merdeka belajar). merdeka yang dimaksud bukan tanpa aturan atau keterikatan, dalam merdeka belajar tetap ada bingkai yang tidak boleh dilanggar.

Guru perlu berusaha menciptakan suasana kelas yang memungkinkan semua peserta didik merasa bahagia/sejahtera dalam belajar tidak dalam suasana ketakutan dan tekanan.

3. Penggunaan berbagai peralatan bantu dalam pembelajaran

Guru-guru yang kreatif dan banyak akal menggunakan berbagai peralatan dalam mengajar, seperti penghancur kertas, kotak mainan, palu, naskah tulisan para siswa, power-point, komputer, dan peralatan multimedia untuk menggairahkan para siswa dalam berfikir, memperluas sudut pandangnya, dan memicu diskusi yang lebih mendalam.

4. Strategi manajemen kelas
Strategi ini mencakup pembuatan iklim interaksi antara guru dan siswa yang bersahabat dan memperlakukan siswa dengan menghormati berbagai kebutuhan dan individualitasnya.

Guru diharapkan mampu berbicara dengan nada dan bahasa tubuh yang ramah (gentle) kepada para siswanya. Guru diharapkan juga tidak menginterupsi atau menghakimi secara tergesa-gesa pada saat para siswa mengekspresikan ide-idenya.

Guru diharapkan mampu memberikan bimbingan, pertanyaan terbuka yang lebih banyak, atau menyampaikan pengalaman pribadinya sebagai referensi.

5. Mengaitkan materi ajar dengan konteks kehidupan nyata

Guru yang mampu memberikan pelajaran sesuai dengan konteks nyata kehidupan berarti telah membagikan pengalamannya kepada para siswa. Hal ini akan menjadi pemicu bagi para siswa untuk memberikan respon, berdiskusi, dan berfikir dalam tingkat tinggi.

Proses pengajaran yang terintegrasi akan menolong para siswa untuk mengembangkan keterampilan mengekspresikan dan merealisasikan pemahamannya dalam kehidupan, menemukan contoh dalam kehidupan nyata dan membuktikan apa yang telah mereka pelajari, dan menghubungkan apa yang mereka pelajari dengan berbagai pengalaman kehidupannya sehari-hari.

D. Pengkondisian Sekolah Dalam Menciptakan Gagasan Kreatif Siswa.

Menciptakan gagasan kreatif tidak hanya sekedar menciptakan gagasan kreatif. Gagasan kreatif sebaiknya mempunyai nilai tambah, memberikan nuansa baru dan berbeda bagi pengembangan sekolah. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam menciptakan gagasan kreatif antara lain:

1. Lingkungan sosial dan fisik sekolah

Lingkungan sosial yang baik memungkinkan para siswa untuk berinteraksi secara baik, siswa dengan siswa, guru dengan siswa, guru dengan guru, atau guru dengan karyawan, dan siswa dengan  karyawan, serta secara umum interaksi antar personil.

Suprayekti (2003:18), mendefinisikan bahwa “lingkungan fisik yaitu lingkungan yang ada sekitar siswa baik itu di kelas, sekolah, atau di luar sekolah yang perlu di optimalkan pegelolaannya agar interaksi belajar mengajar lebih efektif dan efisien.

Artinya lingkungan fisik dapat difungsikan sebagai sumber atau tempat belajar yang
direncanakan atau dimanfaatkan. Yang termasuk lingkungan fisik tersebut di antanya
adalah kelas, laboratorium, tata ruang, situasi fisik yang ada di sekitar kelas, dan
sebagainya.”

2. Talenta dan prestasi siswa

Talenta (bakat) siswa adalah kemampuan yang dimiliki oleh setiap siswa untuk menciptakan sebuah hasil karya. Talenta antar siswa berbeda-beda, apabila setiap siswa diberi kesempatan untuk mengembangkan talentanya dan didampingi oleh guru maka siswa dapat tumbuh berkembang sesuai dengan talentanya. Hal ini memberikan peluang sukses yang lebih besar.

Selain talenta yang merupakan bawaan dari lahir, prestasi siswa juga perlu diperhatikan dalam pengembangan kreatifitas. Prestasi siswa adalah adalah hasil yang dicapai oleh seseorang setelah ia melakukan perubahan belajar baik di sekolah.

Talenta dan prestasi siswa apabila dikembangkan baik dapat memberi nilai tambah bagi sekolah. Misalnya ada seorang siswa yang mempunyai bakat menyanyi, menari, menjahit, dan lain-lain apabila diasah terus maka akan mampu berprestasi di berbagai tingkat hal ini dapat memberi nilai tambah bagi sekolah.

3. Keragaman profesi orang tua peserta didik 

Pengembangan kreatifitas juga tidak terlepas dari partisipasi orang tua siswa. Partisipasi orang tua dapat berupa finansial dan non finansial. Dukungan financial adalah dukungan dana yang dipungut dari orang tua siswa atas persetujuan dari komite.

Dana ini akan digunakan untuk mengembangkan program-program kreatiftas siswa. Dukungan non finansial adalah dukungan selain uang, seperti bantuan teknis, konsultasi, dan lain-lain.

Keragaman profesi orang tua berpengaruh terhadap pemberian dukungan kepada
sekolah. Pada prinsipnya profesi orang tua bisa diberdayakan untuk pengembangan
kreaatifitas sekolah.

Contoh: Ada orang tua siswa yang pandai menari, bisa berpartisipasi menjadi pelatih tari, dosen, bisa membantu dengan menjadi narasumber pelaksanaan penelitian dan penulisan karya ilmiah, dan lain-lain

4. Keragaman lembaga/instansi/perusahaan yang ada di sekitar sekolah

Lembaga/instansi/perusahaan yang ada di sekitar sekolah dapat mendukung pengembangan kreatifitas sekolah. Dukungan tersebut dapat berupa dukungan finansial dan non finansial, seperti halnya dukungan orang tua siswa dalam pendanaan  atau keterlibatan mereka sebagai pelatih atau narasumber dalam kegiatan yang berkaitan dengan peserta didik.

Baca juga: Komunikasi Persuasif Dalam Proses Pembelajaran 

Demikianlah alternatif cara  menumbuhkan kreatifitas dan inovasi peserta didik yang dapat dilakukan sekolah. Tentu saja masih banyak alternatif lain yang dapat digali dan dikembangkan oleh guru maupun kepala sekolah sehinga   kreatifitas dan inovasi peserta didik dapat tumbuh dan menjadi budaya sekolah.

Bahan Bacaan:

Direktorat Pembinaan Kursus dan Kelembagaan Direktorat Jenderal Pendidikan Non-Formal dan Informal Kementerian Pendidikan Nasional. Konsep Dasar Kewirausahaan (Modul 2), 2010.

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. Badan Penelitian dan Pengembangan Pusat Penelitian Kebijakan 2015. Panduan Pelaksanaan Inovasi Pengelolaan Satuan Pendidikan Tahun 2015

Posting Komentar

0 Komentar